Lasem, Banyak Kopi Enak Disitu

Suasana warng kopi di Lasem

Jam 9 malam saya turun dari bis, jalanan masih ramai. Ojek langsung mengerubung. Waktu minta diantar ke hotel Wijaya ada yang senyum2, ada yang minta 5 ribu. Saya pilih yang minta 5 ribu. Naik ojek tidak sampai 5 detik langsung turun lagi, karena sudah sampai.

Setelah dapat kamar dan makan mangut* diseberang jalan, saya ngopi diemperan depan hotel. Ternyata kopinya enak. Sambil ngopi sayup-sayup terdengar celotehan tukang kopi soal betapa istimewanya kopi Lasem, bahkan sampai beresiko ketergantungan. Saya lalu memutuskan untuk mencoba sebanyak mungkin warung kopi di Lasem.

Survey semi ilmiah itu menyimpulkan kalau kualitas kopi tubruk di Lasem sangat baik. Riset dibatasi pada kopi tubruk saja, karena kopi gaya Starbuck belum masuk kesini. Tidak ada capucino frapucinno, espresso atau pelanggan perempuan, hanya kopi tubruk tradisionil dan laki-laki tangguh.

Wisata-Cara melelet kopi

Kopi Lasem disiapkan dengan resep rahasia,  paling tidak itu kata pemilik warung,  dan bagaimanapun mereka tidak mau membocorkan rahasia itu. Jenis kopi yang dipakai sampai cara memanggang teramat sangat dirahasiakan.

Wisata-warung kopi di Lasem, Rembang

Selain resep super rahasia, beberapa warung juga masak air pakai kayu. Seperti di warung pak Ndut dan mak Ci, dikenal juga dengan “tanah suci” oleh pelanggannya. Kata mak Ci, asap kayu memberikan aroma khas. Mak Ci mengantar kopi saya pakai nampan plastik lengkap dengan gula pasir, silet, benang dan batang korek api. Selain kopi dan gula pasir, isi nampan itu tidak buat dikonsumsi, tapi dipakai buat upacara setelah ngopi. Ampas kopi dipakai untuk membuat gambar atau “melelet”. Biasanya rokok yang digambari. Konon akan terasa lebih enak. Tapi saya tidak merasakan bedanya.

*opor ikan pari yang pedas

Catatan:
-Setelah 3 hari berturut-turut mengkonsumsi 5 – 6 gelas kopi sehari, ternyata tubuh saya tidak menunjukan gejala ketergantungan.
-Gambar lelet ini sudah pernah dilombakan. Karya beberapa seniman lelet sudah dipakai oleh perusahaan besar Indonesia.

Peta Warung Kopi Pak Ndut, Lasem :

5 comments

    • Terima kasih sudah mampir. Untuk mengobati rasa ingin tahunya, bagaimana kalau berkunjung ke Lasem lagi ? 🙂 Btw saay lihat blognya banyak tulisan tentang makanan, apakah ada informasi tentang kuliner Lasem ?

      SalamAndipo

      • Ha ha setuju banget dengan usulannya untuk kembali ke Lasem …

        Jaman kesana dulu ponakannya kawanku masih kecil-kecil, sekarang malah sudah pada punya anak. Doakan saja supaya bisa kesana lagi, betapapun itu adalah perjalanan sejarah jawa .. Lasem, Tuban dan Gresik …

        Sayang info kulinernya aku kurang tahu juga, soalnya yang ngetop kan batik Lasem …

        Saya lebih suka kopi tubruk model di Mak Ci. Kalau sempat singgah Garut boleh cari Kopi Ipo di Pengkolan, pasti akan senang juga.

  1. th 1999-2000, saya kerja di sale, sepekan sekali pulang solo kalau gak lewat lasem ya lewat jatirogo(jawatimur), dulu permpatan masjid besar (makam Mbah slambu kalau gak salah), sangat ruwet panas dan kotor, kalau kesorean bus ke sale max jam 4 sore, tidur di masjid besar dengan siap siaga karena ada copet yg menggerayangi para musafir, kenangan yang sangat seru,..pun begitu sungguh kangen banget pengin kesana lagi…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s