Han Wie Sing akhirnya meninggal miskin. Hartanya habis dipakai judi kedua anaknya. Sebenarnya biar bekas penjudi, dia tidak suka kedua anaknya mengikuti jejaknya. Apa lagi mereka selalu kalah.
Saatnya penguburan, mendadak turun hujan. Kedua anaknya lalu pulang, sedang jenazah ayahnya mereka geletakan begitu saja diatas tanah. Ketika mereka kembali esok harinya, ditempat itu sudah ada kuburan baru dengan nisan tanpa tulisan. Lalu terdengar suara yang melarang semua keluarga Han menginjakan kaki di Lasem*.
Kutukan ini jadi terkenal, mungkin karena hanya ini satu-satunya kutukan yang masih berlaku di Lasem. Konon sampai sekarang Lasem masih ditakuti keluarga Han sealam semesta.
Itu cerita yang membuat saya sore ini berdiri didepan sebuah kuburan. Ternyata hanya sebuah tembok pendek, ada nisan marmer kecil ditengahnya. Tidak ada istimewanya. Tidak megah, tidak jelek, tidak seram, kuburan paling biasa yang pernah saya lihat.
Kembali ke Jakarta, seorang teman menterjemahkan tulisan di makam itu. Ternyata itu makam Han Siong Kong, cikal bakal keluarga Han, keluarga Peranakan Cina yang berkuasa di Jawa Timur. Sampai abad ke 19, anak cucunya masih menguasai kekuatan ekonomi dan politik Jawa Timur.

Sekitar 50 turunannya berhasil menjadi orang penting. Kapiten Cina, Letnan Cina, Adipati, Patih, Regent dari Puger, Surabaya, Malang, Juwana sampai Kutaraja di Aceh adalah keturunannya. Seorang cicitnya** menjadi tokoh agama yang kuburannya juga dikeramatkan.
Bagaimana dengan legenda itu ? Ternyata keturunan Han Siong Kong, yang masih memakai nama Han***, memang percaya larangan itu. Tapi terkutuk atau tidak, prestasi mereka sangat mengagumkan. Mereka sanggup membangun rumah abu megah di tengah kota Surabaya. Sangat berbeda dengan kuburan ditengah sawah yang saya lihat.
*Ada 2 versi tentang jumah anaknya. Versi cerita ketoprak mengatakan kalau Han Wie Sing memiliki 2 orang anak, sedang James Danandjaja mengatakan 4 orang.
** Ki Asemgiri atau Cekong Mas, makamnya di Prajekan, Jawa Timur, Indonesia.
***Meskipun semuanya termasuk Peranakan Tionghoa, sebagian keturunan Han Siong Kong yang menjadi pembesar kerajaan tidak lagi memiliki, atau memakai, nama Tionghoa.
Referensi:
Claudine Lombard-Salmon, Archipel #41, The Han Family of East Java. Entrepreneurship and Politics (18th-19th Centuries)
Han Bing Siong, Archipel #62, A Short Note on a Few Uncertain Links in the Han Lineage
James Danandjaja, Cerita Rakyat dari Jawa Tengah, Vol 1
Peta makam Han Siong Kong / “Han Wie Sing”, Lasem :
Salah tulis ah. Bukan Han BIONG Siong tapi Han Bing Siong.
Beliau ini sebenarnya bukan peneliti sejarah. Beliau menulis di Archipel sebagai sanggahan tulisan Prof Claudine Salmon mengenai hubungan antara Han dari Pasuruan dan Han Lasem.
Saya sudah cek ulang artikelnya, ternyata memang benar Han Bing Siong. Terima kasih buat masukannya
Mr.Dipo, saya ingin sekali mempunyai segala foto2 dari “Lasem” dan juga copies dari ini sejarah family Han. Apakah bisa saudara kirim lewat email? My email is: lit_lala@hotmail.com
Tulisan sejarah keluarga Han ada di http://www.persee.fr.
Foto Lasem bisa dilihat di :
http://dipodipo.multiply.com
Salam
Sebenarnya Han Bing Siong tuh punya kakak trus punya anak lagi… koq nda ditulis ya?