Antara Semarang – Lasem

Tempat perhentian yang menarik di jalur Pantura Semarang-Lasem adalah Pati, Juwana dan Rembang. Semarang adalah kota besar terakhir, sebelum Surabaya. Kami pagi-pagi sampai di  Semarang. Ada pilihan sarapan nasi ayam didepan sekolah Karangturi atau warung Koh Liem di depan SMA Loyola. Yang terakhir ini saya suka asem-asemnya.

foto-peranakan-cina-jawa
Disatu rumah di Juwana, tidak sebngaja menemukan foto ini

Di Juwana,  kantor polisinya (polsek) bergaya Indisch. Diseberang kantor polisi ada warung khusus makanan super pedas. Menunya kebanyakan hasil laut. Saya mencoba Kelo Mrico, sup ikan laut dimasak dengan asam dan merica beberapa ton. Waktu itu yang ada ikan Sembilang. Meski sangat pedas sekali, masih terasa kalau ikannya cukup segar.

kelo-mrico-juwana
RM Sederhana, Juwana

Jika ingin ke Lasem, sebaiknya menginap di RembangHotel di Rembang kondisinya jauh lebih baik dari Lasem,  harganya juga tidak beda jauh. Saya sarankan hotel Rantina, persis didepan sekolah Kartini. Hotel kecil bersih nyaman. Kamar AC dengan double bed sekitar Rp 150 ribuan. Selain itu juga banyak tempat menarik di Rembang seperti sekolah tempat RA Kartini mengajar dan rumah-rumah tua di jalan Wahidin dan Gambiran 

hotel-lasem

Kalau harus menginap di Lasem, disitu ada hotel Wijaya dan hotel Surya. Keduanya menyediakan kamar AC dan non AC. Hotel Wijaya lebih baru, kamar lebih bersih dan karena baru, halamannya gersang tanpa satu pohonpun. Harga hotel Wijaya lebih mahal 25 ribuan. Tapi jika ingin mengirit, hotel Surya menyediakan kamar single bed seharga 50 ribuan.

Pertama datang di Lasem saya menginap di hotel Wijaya. Menjelang subuh saya terbangun.

Terdengar teriakan, “Behaku endiiiii ?”

Rupanya pagi itu ada yang kehilangan BH. Untungnya hal itu tidak terjadi didalam kamar saya.

Tidak ingin tidur saya terganggu lagi, paginya saya pindah ke hotel Surya. Pelayanan cukup baik dan cepat. Waktu saya mengeluh tentang wastafel yang bocor, dengan sigap pengurus hotel mencarikan ember.

Makanan di Lasem hampir semuanya pedas.. Biasanya saya makan di warung kecil sebelah hotel Surya. Enci pemiliknya asal Surabaya, orangnya sangat ramah.  Kita bisa minta dibuatkan masakan yang kita inginkan. Sangat membantu untuk saya. Jika ingin ngopi sebaiknya ke warung kopi lelet khas Lasem, saya menyukai warung pak Ndut depan klenteng Gie Yong Bio di Babagan. Masih dekat daerah Babagan ada makam tokoh legenda Lasem Han Siong Kong, yang terkenal dengan kutukannya.

Kalau ingin pilihan yang lebih banyak, sebaiknya makan di Rembang. Disitu ada rumah makan Andri. Lokasinya di rumah tua yang masih asli, mungkin dari abad 18-19. Disitu disediakan masakan Cina, model Semarang. Rasanya tidak kalah enak dengan rumah makan di kota besar, harganya juga tidak kalah mahal. Sangat dipujikan.

Dari RM Andri ke arah Selatan, banyak rumah antik di sekitarnya. Di jalan Wahidin banyak rumah berarsitektur Indisch maupn Cina. Sempat masuk kesatu rumah Cina disitu. Di teras depan ada mural besar bergambar 2 naga yang buntutnya dijepit jadi satu. Kondisi rumah kurang terawat, tapi mural itu masih cukup baik. Lebih jauh ke Selatan, saya sampai di daerah Gambiran.

pantura-rembang
Studio Foto Indah, Rembang

Di Gambiran ada rumah makan Hien. Lokasi restoran ini digedung tua yang sudah dirombak. Tidak kelihatan tuanya. Disini juga menyediakan makanan Cina, porsinya besar, satu porsi cukup untuk 2 orang. Tapi rasanya masih kalah dengan Andri. Di sekitar restoran ada beberapa rumah tua, bahkan persis diseberangnya ada rumah tua yang menarik. Konon akan dibuat hotel. Sayang penampilannya dirusak sipemilik.

hotel-rembang
Hotel Antika, Gambiran Rembang

Mungkin ingin dianggap “seperti orang Jakarta”,gedung itu diberi tambahan dikanan-kiri. Model yang konon adalah model minimalis. Sebenarnya cukup direstorasi saja hotel ini sudah bisa jadi seperti hotel Majapahit Surabaya atau Raffles Hotel Singapura. (Setelah dipikir lagi, kalau dibandingkan Raffles tetap bagusan Raffles).

Diujung jalan ada satu rumah tua besar yang banyak kalongnya. Penghuninya emak King dan mak Joei, adiknya. Emak King ini seorang pertapa, istilah yang ia pakai “biarawati omahan”, sedang anak mak Joei pemilik restoran Hien. Dari tukang becak sampai bupati kenal emak King, beliau sendiri yang mengatakan itu. Berkali bertanya apakah saya wartawan. Setiap kali juga saya jawab bukan. Ternyata beliau bekas wartawati di Wonosobo. Sering diminta menyembuhkan orang sakit.

“Sakit apa saja, kecuali penyakit hati” katanya.


Makan di Semarang

RM Koh Liem Jl. Karanganyar, No. 28, Semarang

Makan di Juwana

Warung Makan Sederhana, Jl. Silugonggo 18A, seberang Polsek Juwana

Makan di Rembang

RM Andri : Jl. Perikanan No. 6B Rembang
RM Hien : Jl Erlangga 24, Gambiran, Rembang

Hotel Lasem – Rembang

Hotel Rantina : Jl. Gatot Subroto No. 5A Rembang Tel : 0295-692147
Hotel Wijaya : Jl. Raya 101-105, Lasem
Hotel Surya : Jl Raya 9, Lasem

 

2 comments

  1. Wow…. cerita dan fotonya keren. Mestinya ada yayasan semacam WORLD HERITAGE yg memelihara warisan budaya seperti ini shg bisa tetap eksis untuk dinikmati generasi berikutnya. Thanks for sharing,

    • Sayangnya masih banyak warisan budaya yang terbengkalai. Untuk Lasem khususnya, saat ini ada sekelompok anak muda setempat yang sangat aktif untuk melestarikan kota ini

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s