Goyong : musisi Gambang Kromong

gambang kromong
Go Yong, musisi gambang kromong

Laki-laki itu berbadan kecil kurus, agak bungkuk. Bicaranya datar dengan wajah tanpa ekspresi. Ruang tamunya penuh belasan Kong Ah Yan, Teh Yan dan Sukong*. Disatu sudut ada beberapa terompet kayu, sebuah gambang disudut lain.

Teman saya Wubin mengambil Teh Yan dan memainkan beberapa potong lagu di beranda. Laki-laki itu mendengarkan, dan berkata,
“Dia pasti punya nih dirumahnya… kayanya yang dari Cina sana”.
Ia masuk kekamar, keluar dengan terompet kayu dan bungkusan kain. Duduk dan membuka bungkusan kain itu.
“Ini warisan bapa saya”.
Isinya sebuah Teh Yan tua.

Mereka memainkan Dayung Sampan. Wajahnya perlahan berubah, kelihatan gembira. Ketika lagu selesai, ada senyum kecil diwajahnya.

Namanya Goyong, anak dari Oen Oen Hok, pemimpin grup gambang kromong terkenal dimasanya. Ibu tirinya adalah Masnah** (Pang Tjin Nio), satu-satunya penyanyi yang dapat melantunkan lagu-lagu Po Bin*** saat ini.

Goyong seorang pemusik gambang kromong. Semua instrumen dapat ia mainkan, tapi dia paling sering memainkan instrumen gesek atau terompet. Ia juga membuat alat musik gambang kromong.

Ia sedapat mungkin memakai bahan sisa. Potongan kayu yang dibuang atau bekas jendela rumah dijadikan gagang Teh Yan. Bahan utama lain adalah batok kelapa yang sudah tua supaya suaranya bagus. Kelapa yang sangat tua hingga jatuh dari pohon. Beruntung Goyong ia tinggal disisi Cisadane, ia tinggal menunggu kelapa yang hanyut.

Teman saya dan Goyong masih berbicara diberanda, tentang gambang kromong, perbedaan kayu dan kulit ular sebagai penutup Teh Yan****, perbedaan tehnik menggesek pemusik Cina Benteng dengan Cina. Saya mengambil beberapa foto.

Hari menjelang sore. Akhirnya kami pamit, melanjutkan perjalanan menyusuri Sewan, kampung disisi sungai Cisadane.

Ini adalah video pendek Goyong sedang memainkan musik gambang kromong, menggunakan istrumen buatannya sendiri. (video oleh Zhuang Wubin)

Pak Goyong from Zhuang Wubin on Vimeo.

**    Po Bin atau “lagu dalem”, jenis lagu2 yang dipakai dalam upacara Cina Benteng seperti pernikahan atau kematian.

***  Suara Masnah sudah direkam oleh Smithsonian Folkways dalam album “Music of Indonesia vol 3 : Music From The Outskirt of Jakarta”.

**** Menurut Goyong, kalangan Cina Benteng lebih suka suara yang “nyaring” (lebih dominan nada tingginya), sehingga ia tidak memakai kulit ular tapi memakai kayu tipis sebagai pelapis.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s