Copenhagen, kota pesisir, ibu kota kerajaan Denmark yang sering mendung dan penuh sepeda. Kota ini tempat kelahiran Soren Kierkegaard, peristirahatan terakhir Niels Bohr dan Hans Christian Andersen.
Kalau malas membaca, ingin melihat fotonya, klik disini.
Warna-warni cerah hanya ada di Nyhavn, pelabuhan abad 17 yang sekarang dipenuhi deretan perahu layar dan juga wisatawan. H.C. Andersen dulu tinggal dan menulis bukunya di sini. Mungkin ini tempat yang paling banyak di foto di Copenhagen. Sulit mengambil foto tanpa ada orang berkamera di latar belakang. Meskipun ramai, tempat ini bersih sekali. Saya terkesan dengan WC umumnya, paling bersih yang pernah saya lihat.
Baca juga : Petunjuk Wisata Copenhagen

Sering terbakar
Kota ini pernah punya masalah dengan api di masa lalunya. Tahun 1728 separuh kota terbakar, dan terulang di tahun 1795. Yang terakhir berawal saat sore gudang angkatan laut terbakar. Api tidak bisa dipadamkan, karena hidran banyak yang dicopot – untuk menghindari pencurian. Akibatnya api membakar kota lagi. Karena itu tidak banyak gedung dari abad Pertengahan di sini.
Meski begitu bangunan tua yang tersisa kini terawat dengan baik. Gedung-gedung tua dan modern berdiri berdampingan. Isi gedung-gedung tua itu sangat beragam. Toko perhiasan terkenal di sebelahnya ada galeri seni. Bioskop bertetangga dengan toko buku. Anda juga tidak perlu khawatir dengan kebakaran lagi, karena sekarang hidran kebakaran sudah dipasang lagi.

Surga sepeda
Kota ini dikenal sebagai kota sepeda. Sepeda ada dimana-mana. Berwarna gelap seperti pakaian orangnya, dan modelnya tidak jauh beda dengan sepeda milik ayah saya dulu. Saat masih taman kanak-kanak, di abad yang sudah lewat, tiap pagi papah mengantar saya dengan sepeda kebanggaannya; satu-satunya kendaraan kami. Katanya: “Sepeda ini kwalitet-nya bagus. Semuanya orisinil Humber, dari lampu sampai pompanya Humber semua”. Sayangnya sepeda itu hilang dicuri tukang kebun saya.
Untuk membuat penduduk Copenhagen mau naik sepeda ke kantor tidak murah. Kota dirancang ulang, jalur khusus sepeda dibuat, jembatan sepeda diatas laut dibangun, menyediakan tempat sepeda di kereta dan bis. Banyak yang dilakukan pemerintah kota Copenhagen.
Hasilnya satu kota yang tenang, tidak berisik dan tempat dimana sepeda bisa lebih cepat dari mobil.

Privacy dan kwalitet hidup
Meski nyaman dan tenang, ada satu hal yang menggangu : mereka semua berwajah dingin. Setelah saya ingat-ingat, memang kisah-kisah H.C. Andersen semuanya penuh tragedi. Pegawai tokopun melayani tanpa senyum. Padahal mereka mengaku sebagai “negara terbahagia sedunia”. Mungkin sifat turunan nenek moyang mereka, bajak laut Viking, Di kereta ada stillezone, ruangan khusus dimana kita tidak boleh bersuara, bahkan bicara sambil berbisikpun sudah dilihati semua orang.
Kesan dingin berubah saat seorang anak muda lusuh masuk gerbong dan mengucapkan beberapa kata yang saya tidak tahu artinya. Seorang ibu membuka tas dan mengangsurkan apel, sementara seorang bapak menyodorkan sepotong kue pada anak muda itu.
Menurut rekan saya yang asli Copenhagen, tidak mau menggangu ketenangan orang lain, dan suara bisa menggangu. Buat saya yang lahir dan besar di Jakarta, konsep ini kadang terasa aneh. Padahal di Jakarta 3 anjing piaraan saya sering menggongongi kucing yang lewat larut malam.
Konsep privacy mereka, sepertinya kata ini bahkan tidak ada bahasa Indonesianya, kadang bisa kelihatan aneh. Supaya tidak mengganggu pengunjung lain, dan juga mereka sendiri, mereka tidak mengajak anak kecil masuk ke toko atau kafe. Akibatnya sering ada kereta bayi, lengkap dengan bayinya, di depan toko atau kafe. Anak-anak itu tidak dibuang, hanya ditinggal belanja atau minum kopi sebentar. Untungnya saya tidak melihat kereta bayi di depan bioskop atau stasiun kereta.

Belanja yang adil dan beradab
Saya biasanya malas ke pusat pertokoan, karena mereka biasanya tidak adil bagi kaum pria. Isinya hanya toko pakaian, perhiasan, restoran waralaba. Barang – barang yang hanya menarik buat wanita. Tapi Copenhagen cukup adil buat kaum pria.
Baca juga : Petunjuk Wisata Copenhagen
Di daerah Stroget misalnya, pusat perbelanjaan paling besar di Copenhagen, di antara bar dan department store ada toko buku bekas dan toko komik. Di satu pojok terselip toko kamera tua, di pojok satu lagi ada toko antik. Di daerah Osterbro malah ada tempat olahraga kegemaran saya : pinball dan pacman ! Di tempat yang sama, saya menemukan Atari 128 dan Commodore C64, lengkap dengan dus.
Baca juga : Retro Gaming di Copenhagen
Saran saya kalau mau belanja di Copenhagen, selain ke Stroget juga sangat dianjurkan untuk juga ke daerah lain seperti Osterbro, Vestgerbro atau Frederiksberg. Tiap daerah itu jalan utamanya penuh dengan toko, restoran dan galeri kecil yang unik. Keunikan Copenhagen adalah di toko-toko kecilnya. Meskipun kecil produk mereka termasuk kelas dunia, sayang harganya juga tidak murah.

Sedikit Alkohol di Pagi Hari
Tentang kopi, warga Denmark salah satu peminum kopi terbanyak dunia. Mungkin karena mendung sering singgah di sini, hingga membuat mengantuk. Salah satu kedai kopi yang saya anjurkan adalah The Coffee Collective. Kalau kopi masih belum cukup, masih ada Gammel Dansk atau Denmark Tua, minuman berkadar alkohol 38%. Isinya campuran 29 macam rempah, yang saya ingat pala, jahe, kayu manis dan bunga pekak. Rasanya ? Seperti 29 macam rempah. Minuman ini biasa diminum pagi hari, dan memang ampuh mengusir kantuk. Sudah saya buktikan sendiri.
Selain kopi mereka juga pemakan permen. Permen yang khas adalah salmiak, dibuat dari licorice dan garam, bahan obat batuk hitam.
–“–
Kota ini awalnya terkesan dingin, dan memang dingin. Tapi kesan itu berubah setelah lebih mengenal kota ini. Banyak kegiatan seni, manusianya juga menarik. Hanya perlu sedikit usaha untuk menemukannya.
[…] Baca juga tentang suasana kota Copenhagen […]